Diduga
suara ayah Mirna : Total dari pertama buat sampai selesai kopinya Rangga?
Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Oh iya, kopinya.
Diduga suara ayah Mirna : Nanti Rangga kamu siapin ya.
Diduga suara penyidik 2 : Sudah sudah (disiapin). Sudah di-BAP.
Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Penyajiannya di depan
tamunya Pak.
Karena dari bar itu standart kita itu cukup cuma menyediakan susu, es batu dan
kopi.
Karena dari bar itu standart kita itu cukup cuma menyediakan susu, es batu dan
kopi.
Diduga suara penyidik : It's oke. Saya sudah tau. Menurut
keterangan Bapak,
katanya ada jessica yang ngelola (minuman) sendiri ya Pak?
katanya ada jessica yang ngelola (minuman) sendiri ya Pak?
Diduga suara ayah Mirna : Bukan, bukan. Ngaduknya itu musti tamu.
Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Itu beda lagi. Kemudian
dia minta tutup
bill, dia datang lagi ke area kasir untuk bayar padahal minumannya belum jadi,
belum dibuat. Yang mana itu jarang sekali terjadi. Kemudian dia kembali ke table,
bill, dia datang lagi ke area kasir untuk bayar padahal minumannya belum jadi,
belum dibuat. Yang mana itu jarang sekali terjadi. Kemudian dia kembali ke table,
minumannya datang.
Dia sudah memposisikan minuman ini ditempatnya masing-masing.
Kemudian dia
taruh belanjaannya dia.
taruh belanjaannya dia.
Diduga suara penyidik : Oh sudah diatur? Mestinya dia taruh di
bawah dong?
Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Iya, sofanya gede sekali.
Diduga suara penyidik : Berarti sudah disetting sama dia
penempatannya
kursi-kursi?
kursi-kursi?
Gelasnya permasing-masing kursi?
Diduga suara penyidik 3 : Ya dengerin dulu. Jangan comment dulu.
Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Itulah kesulitan kita.
Makanya kita nggak
tahu itu apa yang dimasukin ke situ (minuman). Karena dia menghalangi CCTV.
tahu itu apa yang dimasukin ke situ (minuman). Karena dia menghalangi CCTV.
Diduga suara penyidik : Ngehalangin gelas?
Diduga suara saksi perempuan dari kafe : CCTVnya jadi nggak bisa
nyorot.
Diduga suara penyidik : Jadi handbagnya itu ngalangin CCTV?
Diduga suara ayah Mirna : Maksudnya dengan menghalangi CCTV itu
dia taruh
atau tidak taruh itu sudah modus.
atau tidak taruh itu sudah modus.
Diduga suara penyidik : Ya betul, Pak.
Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Setelah itu dia
(Jessica)beraktifitas
sendiri dengan minumannya. Dia taruh di bawah bagnya, kemudian dia berubah
pikiran.
sendiri dengan minumannya. Dia taruh di bawah bagnya, kemudian dia berubah
pikiran.
Taruhnya di belakang lagi. Nah ini nggak tahu nih maksudnya apa,
tujuannya apa.
Karena di belakangnya itu ada tanaman lalu ada space. Mungkin
nanti kalau lihat
TKP-nya bisa dicek.
Diduga suara ayah Mirna : Setelah dia kerja beres, baru dipindahin
lagi? Terus dia
takut, dipindahin lagi?
Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Nggak tahu. Kemudian
datang
mbak Mirna dan mbak Hani jam 17.25.
mbak Mirna dan mbak Hani jam 17.25.
Diduga suara ayah Mirna : Kita mau recover nama baik you.
Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Oke lah sekitar setengah
6 kita lihat,
Mbak hani dengan Mbak Mirna datang. Kemudian sudah disetting
duduknya.
Kelihatannya sudah diatur. Minumannya sudah sejam kayanya
juga esnya sudah
mencair. Kalau dipegang sudah tidak dingin-dinginnya sama sekali.
Diduga suara ayah Mirna : Stop sampai situ dulu. Sekarang saya
tanya kenapa
anak saya ngomong "Ini kopi kok baunya jamu? Nggak
layak dijual." Terus saya
suruh liat mantu saya yang belaga beli itu. Itu sebenarnya saya
suruh lihat dulu.
Saya suruh beli "Coba lu hans beli dulu, coba cium sama apa
ga?" Ternyata lain
(baunya). Berarti ini minuman waktu di tangan Jessica sudah
dikasih sesuatu
sampai bau jamu tadi. Itu pikiran saya sama Komandan. Cuma yang
jadi masalah
apakah si Rangga ini ada satu lack of something seperti alat
pembersih atau
cleaner disitu? You nggak berani ya?
Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Nggak, nggak karena kita
pakai standart.
Diduga suara ayah Mirna : Oke pasti you bela diri. Cuma nanti saya
mau liat TKP
juga. Nggak pernah tuh ya bau jamu.
Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Tidak ada karena kita
tuang air panas
di depan tamu. Lalu Mbak Hani sama Mbak Mirna datang duduk
di tempat
masing-masing. Sudah duduk di tempat masing-masing. Posisi Mbak
Mirna
di tengah.
Diduga suara penyidik : Waktu datang gimana?
Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Waktu datang,
"Hai", cipika cipiki biasa.
Kita lihat biasa saja. Kita nggak lihat langsung itu.
Diduga suara ayah Mirna : Ada yang aneh nggak? Siapa tahu kan
lesbian ini.
Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Oh saya nggak tahu. Lalu
mereka duduk.
Diduga suara penyidik : Yang mengarahkan duduk?
Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Oh yang mengarahkan duduk
Jessicanya.
Jessicanya.
Diduga suara penyidik : Yang ngarahin duduk Jessica? Jadi sudah
diblock sama
Jessica?
(Mereka memeragakan jesicca bertemu hani dan mirna)
Diduga suara penyidik : Bu Mirna udah kena jaring, dia di tengah.
Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Ini sudah disediain
minuman. Kita
nggak tahu percakapannya seperti apa karena di CCTV tidak bisa
kedengeran.
Dia minum satu shot, "slrup.." gitu. Dia ada
penolakan, ada gestur "Apa sih!"
Terus mukanya kaya panas gitu. Jadi kita hitung dia sampai 6x
melakukan
Seperti ini.
Seperti ini.
Dia minum sedikit doang. Kemudian dia begini berkali-kali.
"Panas...panas...panas..." gitu. Kemudian mungkin dia
pikir biasa aja gitu kan.
Mbak Hani ini panik.
Diduga suara ayah Mirna : orang bener, orang bener.
Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Dia tanya
"Kenapa?" , (Jessica jawab)
"nggak tahu, nggak tahu". Nggak lama kemudian dia
collapse, kejang, tangannya
kaku. Kemudian staf-staf kita datang.
Diduga suara penyidik : Sebentar, saya mau tanya respon dari pada
si Jessica ini
saat dia (Mirna) kejang seperti apa?
Diduga suara ayah Mirna : Tenang katanya.
Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Yang saya lihat, Jessica
itu sebelah
saya, itu dia tenang sekali menurut saya dibanding satunya yang
panik bukan main.
Diduga suara penyidik : Jadi tenang sekali?
Diduga suara ayah Mirna : Termasuk tenang lah itu.
Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Justru karena kita mau
tolong
dia (Mirna). Dia (Jessica) block jalan.
Diduga suara penyidik : Tetep dia berdiri disitu?
Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Sampai kita minta,
"Mbak maaf mbak,".
Kita mau ke Mbak Mirnanya. "Oh ya silahkan". Yang handle
pertama saya, manager,
staf.
Diduga suara penyidik : Saat Mbak datang itu masih duduk
Jessicanya? Mbak mau
nemuin Bu Mirna mesti lewat Jessica dulu kan? Jadi pada saat
datang dia
masih dalam posisi duduk begitu? Cuek saja gitu?
masih dalam posisi duduk begitu? Cuek saja gitu?
Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Masih duduk.
Diduga suara ayah Mirna : Nggakm ada reaksi? Kalau orang kan liat
temen gitu
pasti mau nolong.
Diduga suara penyidik : Linglung? Ya, begitu pasti sudah berdiri
langsung
nolong.
nolong.
Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Ada satu lagi manager
kita berusaha
masuk, karena kita mau menyilang badannya dia (Jessica), kita mau nolong
nggak bisa.
nggak bisa.
Sampai kita pikir "Please kalau lu nggak mau bantu, keluar
dulu (dari meja). Kita
mau bantu. Kalo lu nggak mau bantu please diri dulu karena kita
mau lewat."
Sampai kita bilang "Mbak maaf mbak, kita mau ke sana. Mbaknya
boleh
berdiri dulu?"
Sampai akhirnya dia bilang "Oh ya silahkan". Sekali
doang. Kemudian kita
tolong karena dia kaku. Saya sempat ambil tisu. Kemudian mba Jessica ini bilang
"Ini minumannya campur apa sih?" Trus karena saya denger, saya "Loh kok
tolong karena dia kaku. Saya sempat ambil tisu. Kemudian mba Jessica ini bilang
"Ini minumannya campur apa sih?" Trus karena saya denger, saya "Loh kok
minuman gitu?". Saya langsung sadar diri, saya ke bar, saya minta
minumannya yang tadi diangkat dari
minumannya yang tadi diangkat dari
meja itu. Saya minta jangan apa2in saya langsung masuk ke
dalam saya coba.
Saya coba karena ada sedotannya, saya coba ditetesin sedikit.
Untung saya
tetesin sedikit bukan begini ya.
Diduga suara penyidik : Langsung pengaruh?
Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Saya tetesin ke ujung
lidah, itu lidah
saya kebas setengah jam. Saya sempet muntah. Bartender saya,
kapten saya
sempat coba tapi cobanya begini (menirukan suatu gerakan).
Dia muntah.
Diduga suara ayah Mirna : Tapi dia nggak ditelan?
Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Ngga ditelan saja dia
muntah. Ada di
mulut, dia nggak telan, dia langsung muntah.
Diduga suara penyidik : Itu rasanya pahit gitu?
Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Pahit, bau...baunya
sangat bau kimia.
Lidah saya kebas setengah jam. Jadi saya nggak bisa rasa lidah
saya.
Diduga suara ayah Mirna : Itu pasti poison. Kalau lihat dari CCTV
itu gerakannya
sangat cepat. Itu Mirna kaku cepat sekali makanya saya bilang saya
ngeliat CCTV
sampai merinding. Hanya hitungannya menit sudah kaku.
Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Dua menit reaksinya. Kemudian
Saya
kembali lagi ke table. Oh sebelum kembali ke table, saya sempet
ambil tisue mau
ngelap busanya.
Diduga suara ayah Mirna : Kenapa anda nggak ada pikiran kasih
minum susu
banyak?
Diduga suara saksi perempuan dari kafe: Karena sudah nggak
responsif Pak.
Sudah begini. Kita takut apa yang dikonsumsi itu masuk paru-paru
Langsung masuk
paru. Kita ngga mau ambil risiko juga. Karena dia sudah ga responsif dipegang
aja sudah
nggakbisa..
Diduga suara ayah Mirna : Karena dipikirannya bukan keracunan ya?
Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Kita dipikiran nggak ada
keracunan.
Kita pikir, makanya saya sempat tanya Mbak Hani "Mbak maaf
boleh telepon
keluarganya?
Mungkin ada history epilepsi atau minum obat," (Hani jawab)
"Saya nggak tahu
nomornya, saya nggak tahu keluarganya". (Saksi dari kafe)
"Mungkin ada nomor
pacarnya atau suaminya?", (Hani jawab) "Oh ya ada
suaminya". Mbak hani lah
yang telepon suaminya.
Ayah : datang suaminya?
Cwe : blm pak. Jadi selama dia proses tlp ini, kita udah panggil
doorman dari
GI bawa wheelchair, ini sudah kaku sudah tidak bisa digerakkan.
Otomatis kita...
Diduga suara ayah Mirna : Tapi masih hidup toh?
Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Masih...masih.. Orang dia
masih
bernafas. Kita minta dia dibawa ke klinik karena lebih baik
ditangani oleh
yang berpengalaman gitu kan. Oleh dokter. Jadi kita bawa ke
klinik.
Tapi kaki sudah tidak bisa ditekuk. Kita bantu tekuk, baru bisa
dibawa
ke klinik. Ditemenin ke bawah.
Diduga suara saksi pria : jadi pas ada reaksi seperti itu, kan
saya juga
di belakang restoran, dimana saya dapat laporan ada customer
yang
lagi sakit. Jadi saya langsung ambil action setahu saya ada
klinik di
Grand Indonesia. Saya cari ke Pusat Informasi "Tolong dibantu
ada
dokter nggak. Kalo memang ada dokter tolong dibantu
wheelchairnya.
Kita pindahkan Mbak Mirna ke kursi roda kita lansung bawa ke
klinik.
Karena saya yang mengantar sampai klinik. Setelah sampai di
klinik
baru kita mau angkat dia ke tempat tidur buat di cek dokter,
suaminya
datang. Dia langsung "Sudah, ke dokter saja.". Saya juga
lihat sampai
Bu Mirna ini di bawa ke mobil. Cuma oksigen yang dipinjamkan oleh
dokter
klinik, dokter Yosua. Sudah gitu jalan, saya gatau lagi Pak. Saya
kembali ke
outlet.
Diduga suara ayah Mirna : Dibawa ke Waluyo, saya sudah tau deh
ceritanya.
ceritanya.
Diduga suara penyidik : Posisi dibawa ke ambulans itu masih hidup
kan?
Diduga suara saksi pria : Masih. Sempet dia masih lihat gitu.
Diduga suara penyidik : Dibawa ke klinik itu Jessicanya gmn?
Diduga suara saksi pria : Masih ada di situ. Saya lihat yang
nyupir itu
suami korban terakhir, di depannya itu ada Mbak Hani. Jesiccanya di
belakang. Dia sempet kebingungan karena kepalanya (Mirna) itu ditaruh
di
pahanya Mba Jessica karena saya bilang "Itu jangan tiduran. Kalau
mau
duduk di situ,palanya taruh di atas." Jadi abis itu langsung jalan,
kita
nggak tahu lagi. Tapi memang saya dengar pihak sekuriti gedung
menanyakan
data-data. Di situ kita tahu namanya Bu Mirna, dan jessica
memberikan nomor
Jessica.
Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Karena setiap reservasi
itu
selalu kita minta nomor telepon. Jadi kalau jam setengah 8 tidak ada
kabar,
kita yang telepon sendiri ke Jessicanya.
No comments:
Post a Comment