Wednesday, 17 August 2016

Beredar rekaman percakapan polisi, ayah Mirna dan pegawai kopi



Diduga suara ayah Mirna : Total dari pertama buat sampai selesai kopinya Rangga?

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Oh iya, kopinya.

Diduga suara ayah Mirna : Nanti Rangga kamu siapin ya.

Diduga suara penyidik 2 : Sudah sudah (disiapin). Sudah di-BAP.

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Penyajiannya di depan tamunya Pak. 
Karena dari bar itu standart kita itu cukup cuma menyediakan susu, es batu dan 
kopi.

Diduga suara penyidik : It's oke. Saya sudah tau. Menurut keterangan Bapak, 
katanya ada jessica yang ngelola (minuman) sendiri ya Pak?

Diduga suara ayah Mirna : Bukan, bukan. Ngaduknya itu musti tamu.

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Itu beda lagi. Kemudian dia minta tutup 
bill, dia datang lagi ke area kasir untuk bayar padahal minumannya belum jadi, 
belum dibuat. Yang mana itu jarang sekali terjadi. Kemudian dia kembali ke table, 
minumannya datang. 
Dia sudah memposisikan minuman ini ditempatnya masing-masing. Kemudian dia 
taruh belanjaannya dia.
Diduga suara penyidik : Oh sudah diatur? Mestinya dia taruh di bawah dong?

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Iya, sofanya gede sekali.

Diduga suara penyidik : Berarti sudah disetting sama dia penempatannya
 kursi-kursi? 
Gelasnya permasing-masing kursi?

Diduga suara penyidik 3 : Ya dengerin dulu. Jangan comment dulu.

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Itulah kesulitan kita. Makanya kita nggak
 tahu itu apa yang dimasukin ke situ (minuman). Karena dia menghalangi CCTV.

Diduga suara penyidik : Ngehalangin gelas?

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : CCTVnya jadi nggak bisa nyorot.

Diduga suara penyidik : Jadi handbagnya itu ngalangin CCTV?

Diduga suara ayah Mirna : Maksudnya dengan menghalangi CCTV itu dia taruh 
atau tidak taruh itu sudah modus.

Diduga suara penyidik : Ya betul, Pak.

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Setelah itu dia (Jessica)beraktifitas 
sendiri dengan minumannya. Dia taruh di bawah bagnya, kemudian dia berubah 
pikiran. 
Taruhnya di belakang lagi. Nah ini nggak tahu nih maksudnya apa, tujuannya apa. 
Karena di belakangnya itu ada tanaman lalu ada space. Mungkin nanti kalau lihat 
TKP-nya bisa dicek.

Diduga suara ayah Mirna : Setelah dia kerja beres, baru dipindahin lagi? Terus dia
 takut, dipindahin lagi?

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Nggak tahu. Kemudian datang 
mbak Mirna dan mbak Hani jam 17.25.

Diduga suara ayah Mirna : Kita mau recover nama baik you.

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Oke lah sekitar setengah 6 kita lihat, 
Mbak hani dengan Mbak Mirna datang. Kemudian sudah disetting duduknya.
 Kelihatannya sudah diatur. Minumannya sudah sejam kayanya juga esnya sudah 
mencair. Kalau dipegang sudah tidak dingin-dinginnya sama sekali.

Diduga suara ayah Mirna : Stop sampai situ dulu. Sekarang saya tanya kenapa
 anak saya ngomong "Ini kopi kok baunya jamu? Nggak layak dijual." Terus saya 
suruh liat mantu saya yang belaga beli itu. Itu sebenarnya saya suruh lihat dulu. 
Saya suruh beli "Coba lu hans beli dulu, coba cium sama apa ga?" Ternyata lain 
(baunya). Berarti ini minuman waktu di tangan Jessica sudah dikasih sesuatu 
sampai bau jamu tadi. Itu pikiran saya sama Komandan. Cuma yang jadi masalah 
apakah si Rangga ini ada satu lack of something seperti alat pembersih atau 
cleaner disitu? You nggak berani ya?

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Nggak, nggak karena kita pakai standart.

Diduga suara ayah Mirna : Oke pasti you bela diri. Cuma nanti saya mau liat TKP
 juga. Nggak pernah tuh ya bau jamu.

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Tidak ada karena kita tuang air panas
 di depan tamu. Lalu Mbak Hani sama Mbak Mirna datang duduk di tempat 
masing-masing. Sudah duduk di tempat masing-masing. Posisi Mbak Mirna 
di tengah.

Diduga suara penyidik : Waktu datang gimana?

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Waktu datang, "Hai", cipika cipiki biasa. 
Kita lihat biasa saja. Kita nggak lihat langsung itu.

Diduga suara ayah Mirna : Ada yang aneh nggak? Siapa tahu kan lesbian ini.

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Oh saya nggak tahu. Lalu mereka duduk.

Diduga suara penyidik : Yang mengarahkan duduk?

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Oh yang mengarahkan duduk 
Jessicanya.

Diduga suara penyidik : Yang ngarahin duduk Jessica? Jadi sudah diblock sama 
Jessica?

(Mereka memeragakan jesicca bertemu hani dan mirna)

Diduga suara penyidik : Bu Mirna udah kena jaring, dia di tengah.

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Ini sudah disediain minuman. Kita 
nggak tahu percakapannya seperti apa karena di CCTV tidak bisa kedengeran.
 Dia minum satu shot, "slrup.." gitu. Dia ada penolakan, ada gestur "Apa sih!" 
Terus mukanya kaya panas gitu. Jadi kita hitung dia sampai 6x melakukan 
Seperti ini. 
Dia minum sedikit doang. Kemudian dia begini berkali-kali. 
"Panas...panas...panas..." gitu. Kemudian mungkin dia pikir biasa aja gitu kan. 
Mbak Hani ini panik.

Diduga suara ayah Mirna : orang bener, orang bener.

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Dia tanya "Kenapa?" , (Jessica jawab)
 "nggak tahu, nggak tahu". Nggak lama kemudian dia collapse, kejang, tangannya
 kaku. Kemudian staf-staf kita datang.

Diduga suara penyidik : Sebentar, saya mau tanya respon dari pada si Jessica ini 
saat dia (Mirna) kejang seperti apa?

Diduga suara ayah Mirna : Tenang katanya.

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Yang saya lihat, Jessica itu sebelah 
saya, itu dia tenang sekali menurut saya dibanding satunya yang panik bukan main.

Diduga suara penyidik : Jadi tenang sekali?

Diduga suara ayah Mirna : Termasuk tenang lah itu.

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Justru karena kita mau tolong
 dia (Mirna). Dia (Jessica) block jalan.

Diduga suara penyidik : Tetep dia berdiri disitu?

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Sampai kita minta, "Mbak maaf mbak,". 
Kita mau ke Mbak Mirnanya. "Oh ya silahkan". Yang handle pertama saya, manager, 
staf.

Diduga suara penyidik : Saat Mbak datang itu masih duduk Jessicanya? Mbak mau 
nemuin Bu Mirna mesti lewat Jessica dulu kan? Jadi pada saat datang dia
 masih dalam posisi duduk begitu? Cuek saja gitu?

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Masih duduk.

Diduga suara ayah Mirna : Nggakm ada reaksi? Kalau orang kan liat temen gitu
 pasti mau nolong.

Diduga suara penyidik : Linglung? Ya, begitu pasti sudah berdiri langsung 
nolong.

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Ada satu lagi manager kita berusaha 
masuk, karena kita mau menyilang badannya dia (Jessica), kita mau nolong 
nggak bisa. 
Sampai kita pikir "Please kalau lu nggak mau bantu, keluar dulu (dari meja). Kita 
mau bantu. Kalo lu nggak mau bantu please diri dulu karena kita mau lewat." 
Sampai kita bilang "Mbak maaf mbak, kita mau ke sana. Mbaknya boleh 
berdiri dulu?" 
Sampai akhirnya dia bilang "Oh ya silahkan". Sekali doang. Kemudian kita 
tolong karena dia kaku. Saya sempat ambil tisu. Kemudian mba Jessica ini bilang
 "Ini minumannya campur apa sih?" Trus karena saya denger, saya "Loh kok 
minuman gitu?". Saya langsung sadar diri, saya ke bar, saya minta 
minumannya yang tadi diangkat dari
 meja itu. Saya minta jangan apa2in saya langsung masuk ke dalam saya coba. 
Saya coba karena ada sedotannya, saya coba ditetesin sedikit. Untung saya
 tetesin sedikit bukan begini ya.

Diduga suara penyidik : Langsung pengaruh?

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Saya tetesin ke ujung lidah, itu lidah 
saya kebas setengah jam. Saya sempet muntah. Bartender saya, kapten saya
 sempat coba tapi cobanya begini (menirukan suatu gerakan). Dia muntah.

Diduga suara ayah Mirna : Tapi dia nggak ditelan?

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Ngga ditelan saja dia muntah. Ada di 
mulut, dia nggak telan, dia langsung muntah.

Diduga suara penyidik : Itu rasanya pahit gitu?

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Pahit, bau...baunya sangat bau kimia. 
Lidah saya kebas setengah jam. Jadi saya nggak bisa rasa lidah saya.

Diduga suara ayah Mirna : Itu pasti poison. Kalau lihat dari CCTV itu gerakannya 
sangat cepat. Itu Mirna kaku cepat sekali makanya saya bilang saya ngeliat CCTV
 sampai merinding. Hanya hitungannya menit sudah kaku.

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Dua menit reaksinya. Kemudian Saya 
kembali lagi ke table. Oh sebelum kembali ke table, saya sempet ambil tisue mau 
ngelap busanya.

Diduga suara ayah Mirna : Kenapa anda nggak ada pikiran kasih minum susu
 banyak?

Diduga suara saksi perempuan dari kafe: Karena sudah nggak responsif Pak. 
Sudah begini. Kita takut apa yang dikonsumsi itu masuk paru-paru Langsung masuk 
paru. Kita ngga mau ambil risiko juga. Karena dia sudah ga responsif dipegang aja sudah 
nggakbisa..

Diduga suara ayah Mirna : Karena dipikirannya bukan keracunan ya?

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Kita dipikiran nggak ada keracunan. 
Kita pikir, makanya saya sempat tanya Mbak Hani "Mbak maaf boleh telepon 
keluarganya? 
Mungkin ada history epilepsi atau minum obat," (Hani jawab) "Saya nggak tahu 
nomornya, saya nggak tahu keluarganya". (Saksi dari kafe) "Mungkin ada nomor
 pacarnya atau suaminya?", (Hani jawab) "Oh ya ada suaminya". Mbak hani lah 
yang telepon suaminya.

Ayah : datang suaminya?

Cwe : blm pak. Jadi selama dia proses tlp ini, kita udah panggil doorman dari 
GI bawa wheelchair, ini sudah kaku sudah tidak bisa digerakkan. Otomatis kita...

Diduga suara ayah Mirna : Tapi masih hidup toh?

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Masih...masih.. Orang dia masih 
bernafas. Kita minta dia dibawa ke klinik karena lebih baik ditangani oleh 
yang berpengalaman gitu kan. Oleh dokter. Jadi kita bawa ke klinik. 
Tapi kaki sudah tidak bisa ditekuk. Kita bantu tekuk, baru bisa dibawa
 ke klinik. Ditemenin ke bawah.

Diduga suara saksi pria : jadi pas ada reaksi seperti itu, kan saya juga
 di belakang restoran, dimana saya dapat laporan ada customer yang
 lagi sakit. Jadi saya langsung ambil action setahu saya ada klinik di 
Grand Indonesia. Saya cari ke Pusat Informasi "Tolong dibantu ada 
dokter nggak. Kalo memang ada dokter tolong dibantu wheelchairnya. 
Kita pindahkan Mbak Mirna ke kursi roda kita lansung bawa ke klinik. 
Karena saya yang mengantar sampai klinik. Setelah sampai di klinik 
baru kita mau angkat dia ke tempat tidur buat di cek dokter, suaminya 
datang. Dia langsung "Sudah, ke dokter saja.". Saya juga lihat sampai 
Bu Mirna ini di bawa ke mobil. Cuma oksigen yang dipinjamkan oleh dokter 
klinik, dokter Yosua. Sudah gitu jalan, saya gatau lagi Pak. Saya kembali ke 
outlet.

Diduga suara ayah Mirna : Dibawa ke Waluyo, saya sudah tau deh 
ceritanya.

Diduga suara penyidik : Posisi dibawa ke ambulans itu masih hidup kan?

Diduga suara saksi pria : Masih. Sempet dia masih lihat gitu.

Diduga suara penyidik : Dibawa ke klinik itu Jessicanya gmn?

Diduga suara saksi pria : Masih ada di situ. Saya lihat yang nyupir itu
suami korban terakhir, di depannya itu ada Mbak Hani. Jesiccanya di 
belakang. Dia sempet kebingungan karena kepalanya (Mirna) itu ditaruh 
di pahanya Mba Jessica karena saya bilang "Itu jangan tiduran. Kalau 
mau duduk di situ,palanya taruh di atas." Jadi abis itu langsung jalan,
kita nggak tahu lagi. Tapi memang saya dengar pihak sekuriti gedung 
menanyakan data-data. Di situ kita tahu namanya Bu Mirna, dan jessica 
memberikan nomor Jessica.

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Karena setiap reservasi itu 
selalu kita minta nomor telepon. Jadi kalau jam setengah 8 tidak ada 
kabar, kita yang telepon sendiri ke Jessicanya.



No comments:

Post a Comment